Tak Pernah Bisa

Tak Pernah Bisa

Tak Pernah Bisa
Sabtu, 24 Maret 2012

Sebenarnya tak pernah ada niat untuk meninggalkan kamu seperti yang terjadi saat ini, aku hanya bisa duduk dan melihat butiran - butiran kecil itu mengalir jatuh kepipimu. Siang ini terasa berat bagiku benar - benar berat ketika harus mengucapkan kata pisah dan mengakhiri hubungan yang sudah lama aku bangun." Owh tuhan semoga apa yang kulakukan ini benar" ucapku dalam hati Tak ada sepatah katapun terucap dari mulut Nia,  wanita dihadapanku tampak begitu terpukul dengan keputusan yang aku ambil. Kucoba menatap jauh menembus  kaca menyusuri keramaian mall yang saat itu tiba - tiba terasa begitu hening dan semua seperti berjalan lebih lambat dari waktu sebenarnya. " kenapa ? " pertanyaan ini yang muncul memecah keheningan diantara kita berdua. kali ini aku juga tetap terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan, terpaku bisu. Tak pernah tega mengatakan apa yang terjadi dan kenapa aku harus memutuskan dia, tak pernah bisa melihat wajah itu yang selalu memberikan senyuman termanis untuk setiap hariku sekarang terlihat begitu sangat sedih. Kutengguk jus jeruk yang kali ini terasa asam se-asam perasaan ku yang terjadi saat ini. Sesaat Nia melihat mataku tajam dia terus melihat mataku seakan menginginkan jawaban tentang semua ini. hanya pada saat ini aku tak pernah berani melihat mata indah itu tak ada jawaban yang bisa membuat Nia bahagia dengan perpisahan ini. " Ni maafin aku ya ... " pintaku lirih Nia terbangun dari kursi dihapadanku berdiri dan menatapku dengan air mata mengalir setelah itu dia pergi meninggalkanku semakin menjauh dan tak terlihat lagi menghilang di keramaian mall sore ini meninggalkan kusendiri.