Lebaran Di Rumah Sakit

Lebaran Di Rumah Sakit


 
Lebaran tahun ini berbeda dengan lebaran – lebaran saya sebelumnya, jika pada lebaran – lebaran sebelumnya saya mudik ke kampung ibu saya maka tahun ini sedikit berbeda. Berbeda karena lebaran tahun ini saya melewatkan lebaran di Rumah Sakit untuk menunggui ayah saya yang sakit.

Semua berawal dari satu hari sebelum lebaran waktu itu jam 12.00 WIB saya sedang mandi tiba – tiba saja ayah saya pulang dengan muka pucat dan suara yang terbata – bata sambil memegang perut. Saya yang saat itu sedang mandi buru – buru dipanggil oleh ibu saya, dengan mempercepat mandi sayapun keluar dan melihat keadaan ayah saya yang tidak berdaya seperti orang kejang - kejang.

Melihat kejadian seperti itu saya bingung seratus persen, ayah saya memang suka kejang kalo kecapen dan sakit tetapi kejadian dimana beliau suka kejang saat sakit itu sudah lama sekali berlalu, sejak terakhir kejang waktu itu saya masih SD sampai sekarang saya mau lulus kuliah beliau tidak pernah kejang – kejang lagi kalo sakit. Jadi ketika akhirnya menemukan kejadian ayah saya seperti orang kejang – kejang sayapun kaget, tanpa pikir panjang saya langsung memberikan air putih hangat, lalu memijit kaki dan tangannya pas saya pegang ternyata kaki dan tangannya itu dingin sekali, keringatnya juga dingin dari situ perasaan saya mulai tidak enak.

Karena tidak berhasil dengan pertolongan pertama dari saya dan ibu saya maka sayapun memanggil tetangga dan teman – teman kerja ayah saya untuk membantu tapi hasilnya sama keadaan ayah saya malah memburuk, maka akhirnya sayapun meminta bantuan kepada A Ade untuk membawa ayah saya ke rumah sakit dan rumah sakit yang dipilih adalah RSIA Linggarjati. Hal ini karena RSIA Linggarjati adalah rumah sakit yang paling dekat jaraknya dengan letak rumah saya walaupun namanya RSIA tapi disini selain penyakit untuk Ibu dan Anak juga dapat di tangani.

Setelah sampai di RSIA Ayah saya langsung di bawa ke UGD (Unit Gawat Darurat) untuk mendapatkan pertolongan, setelah lama di UGD akhirnya dokter menyarankan untuk di rawat inap karena masih belum di ketahui penyakit yang menimpa ayah saya karena dokter yang bersangkutan belum ada.








Akhirnya dengan adanya saran dari dokter seperti itu, maka saya dan keluarga pun menuruti saja agar keadaan ayah saya lebih baik dan sebagai gantinya lebaran tahun ini saya melewatkan di rumah sakit jika semua orang sedang bahagia malam lebaran makan saya sedang sedih dan gelisah menunggu supaya ayah saya bisa lebih baik esok pagi.
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir & Bathin
Ini Bukan Blog Anak Jendral

Ini Bukan Blog Anak Jendral

Gambar dari sini klik
Beberapa hari yang lalu saat saya membuka twitter, timeline saya sedang ramai dengan  berita ulah nekad seorang pemuda yang mengaku “ anak jendral “ untuk bisa masuk ke jalur busway arah Galur – Senen.
Berita ini akhirnya menjadi besar karena memang banyak sekali masyarakat yang kecewa dengan sikap pemuda tersebut, yang akhirnya diketahui bernama Febri Suhartoni (18) seorang mahasiswa Universitas Trisakti. Sikap Febri menurut saya tidak mencerminkan seorang mahasiswa. Pada beberapa media online saya baca Febri melakukan ini karena terdesak jadwal ujian jika memang terdesak jadwal ujian seharunya dia bisa datang lebih pagi untuk menghindari kemacetan Jakarta.
Sebagai sesama mahasiswa saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya telat ujian apalagi jika tengah menghadapai semester pendek, waktu yang terlewat tidak bisa di perpanjang karena hitungan jam ujian ya segitu, ditambah jika telat maka otomatis teman – teman yang lain sudah berhasil menyelesaikan beberapa soal dan sementara kita yang baru datang harus terpotong menulis nama, nim, nama dosen, mata kuliah, dan tanda – tangan waktu yang mungkin dihabiskan 15 menit. Belum lagi akan susah mendapatkan “ ilham “ dari teman - teman karena mereka sudah menyelesaikan soal yang lain.
Lebih dari faktor tersebut sikap Febri yang menerobos jalur busway, saya tetap tidak setuju karena itu salah, jalur busway ya hanya untuk busyway bukan untuk kendaraan pribadi jika memang Febri ini masuk jalur busway lebih baik naik busway saja untuk pergi ke kampus kan lebih aman tapi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh seorang Febri bukan menerobos jalur busyway tetapi mengaku - ngaku seorang “ anak jendral “ dan memaksa petugas untuk membuka portal jalur busway. Ketika Febri mengaku “ anak jendral “ kesan yang timbul adalah arogan dan berkuasa semena – menan jadi kalo anak jendral boleh masuk jalur busway dengan se-enak dewek. Sifat dan kelakuan yang seperti ini yang sedang dibenci oleh masyarakat kita karena banyak sekali pejabat – pejabat bangsa ini yang seperti itu.
Kembali pada Febri yang akhirnya jadi “ Publik Enemy “ dan ternyata juga bukan seorang anak jendral sampai saat ini belum berani mengkonfirmasi apa yang dia lakukan, hanya ayahnya Bapak Devi Suhartoni yang seorang pengusaha atau petani karet dari Balikpapan datang ke Jakarta untuk meminta maaf kepada Polri.
Sebuah kejadian pasti ada hikmahnya semoga Febri mendapat hikmah dari apa yang dia lakukan. Sementara kesimpulan dari kejadian ini adalah jalur busway ya jalur busway tidak diperbolehkan kendaraan lewat selain busway tentunya taati peraturan lalu lintas agar orang lain juga nyaman berkendara apa lagi mau mudik. Dan yang paling penting dari kejadian ini adalah banggalah dengan status pekerjaan ayah kita mau dia pengusaha, petani atau pemulung sekalipun ayah adalah orang yang sudah membuat kita ada di dunia ini, yang selalu memberikan keinginan kita jadi tidak ada salahnya bangga dengan pekerjaan dia karena dari perkerjaan ayah itu banyak uang, fasilitas yang kita gunakan. Ini memang bukan blog anak jendral hanya blog seorang anak supir tapi saya mencintai ayah dan pekerjaan ayah saya karena pekerjaan itu saya bisa menjadi besar seperti saat ini, I love you Pa.