Ini Bukan Blog Anak Jendral
Komentar Opini![]() |
Gambar dari sini klik |
Beberapa hari yang lalu saat saya membuka twitter, timeline saya sedang ramai dengan berita ulah nekad seorang pemuda yang mengaku “ anak jendral “ untuk bisa masuk ke jalur busway arah Galur – Senen.
Berita ini akhirnya menjadi besar karena memang banyak sekali masyarakat yang kecewa dengan sikap pemuda tersebut, yang akhirnya diketahui bernama Febri Suhartoni (18) seorang mahasiswa Universitas Trisakti. Sikap Febri menurut saya tidak mencerminkan seorang mahasiswa. Pada beberapa media online saya baca Febri melakukan ini karena terdesak jadwal ujian jika memang terdesak jadwal ujian seharunya dia bisa datang lebih pagi untuk menghindari kemacetan Jakarta.
Sebagai sesama mahasiswa saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya telat ujian apalagi jika tengah menghadapai semester pendek, waktu yang terlewat tidak bisa di perpanjang karena hitungan jam ujian ya segitu, ditambah jika telat maka otomatis teman – teman yang lain sudah berhasil menyelesaikan beberapa soal dan sementara kita yang baru datang harus terpotong menulis nama, nim, nama dosen, mata kuliah, dan tanda – tangan waktu yang mungkin dihabiskan 15 menit. Belum lagi akan susah mendapatkan “ ilham “ dari teman - teman karena mereka sudah menyelesaikan soal yang lain.
Lebih dari faktor tersebut sikap Febri yang menerobos jalur busway, saya tetap tidak setuju karena itu salah, jalur busway ya hanya untuk busyway bukan untuk kendaraan pribadi jika memang Febri ini masuk jalur busway lebih baik naik busway saja untuk pergi ke kampus kan lebih aman tapi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh seorang Febri bukan menerobos jalur busyway tetapi mengaku - ngaku seorang “ anak jendral “ dan memaksa petugas untuk membuka portal jalur busway. Ketika Febri mengaku “ anak jendral “ kesan yang timbul adalah arogan dan berkuasa semena – menan jadi kalo anak jendral boleh masuk jalur busway dengan se-enak dewek. Sifat dan kelakuan yang seperti ini yang sedang dibenci oleh masyarakat kita karena banyak sekali pejabat – pejabat bangsa ini yang seperti itu.
Kembali pada Febri yang akhirnya jadi “ Publik Enemy “ dan ternyata juga bukan seorang anak jendral sampai saat ini belum berani mengkonfirmasi apa yang dia lakukan, hanya ayahnya Bapak Devi Suhartoni yang seorang pengusaha atau petani karet dari Balikpapan datang ke Jakarta untuk meminta maaf kepada Polri.
Sebuah kejadian pasti ada hikmahnya semoga Febri mendapat hikmah dari apa yang dia lakukan. Sementara kesimpulan dari kejadian ini adalah jalur busway ya jalur busway tidak diperbolehkan kendaraan lewat selain busway tentunya taati peraturan lalu lintas agar orang lain juga nyaman berkendara apa lagi mau mudik. Dan yang paling penting dari kejadian ini adalah banggalah dengan status pekerjaan ayah kita mau dia pengusaha, petani atau pemulung sekalipun ayah adalah orang yang sudah membuat kita ada di dunia ini, yang selalu memberikan keinginan kita jadi tidak ada salahnya bangga dengan pekerjaan dia karena dari perkerjaan ayah itu banyak uang, fasilitas yang kita gunakan. Ini memang bukan blog anak jendral hanya blog seorang anak supir tapi saya mencintai ayah dan pekerjaan ayah saya karena pekerjaan itu saya bisa menjadi besar seperti saat ini, I love you Pa.
Berita ini akhirnya menjadi besar karena memang banyak sekali masyarakat yang kecewa dengan sikap pemuda tersebut, yang akhirnya diketahui bernama Febri Suhartoni (18) seorang mahasiswa Universitas Trisakti. Sikap Febri menurut saya tidak mencerminkan seorang mahasiswa. Pada beberapa media online saya baca Febri melakukan ini karena terdesak jadwal ujian jika memang terdesak jadwal ujian seharunya dia bisa datang lebih pagi untuk menghindari kemacetan Jakarta.
Sebagai sesama mahasiswa saya juga bisa merasakan bagaimana rasanya telat ujian apalagi jika tengah menghadapai semester pendek, waktu yang terlewat tidak bisa di perpanjang karena hitungan jam ujian ya segitu, ditambah jika telat maka otomatis teman – teman yang lain sudah berhasil menyelesaikan beberapa soal dan sementara kita yang baru datang harus terpotong menulis nama, nim, nama dosen, mata kuliah, dan tanda – tangan waktu yang mungkin dihabiskan 15 menit. Belum lagi akan susah mendapatkan “ ilham “ dari teman - teman karena mereka sudah menyelesaikan soal yang lain.
Lebih dari faktor tersebut sikap Febri yang menerobos jalur busway, saya tetap tidak setuju karena itu salah, jalur busway ya hanya untuk busyway bukan untuk kendaraan pribadi jika memang Febri ini masuk jalur busway lebih baik naik busway saja untuk pergi ke kampus kan lebih aman tapi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh seorang Febri bukan menerobos jalur busyway tetapi mengaku - ngaku seorang “ anak jendral “ dan memaksa petugas untuk membuka portal jalur busway. Ketika Febri mengaku “ anak jendral “ kesan yang timbul adalah arogan dan berkuasa semena – menan jadi kalo anak jendral boleh masuk jalur busway dengan se-enak dewek. Sifat dan kelakuan yang seperti ini yang sedang dibenci oleh masyarakat kita karena banyak sekali pejabat – pejabat bangsa ini yang seperti itu.
Kembali pada Febri yang akhirnya jadi “ Publik Enemy “ dan ternyata juga bukan seorang anak jendral sampai saat ini belum berani mengkonfirmasi apa yang dia lakukan, hanya ayahnya Bapak Devi Suhartoni yang seorang pengusaha atau petani karet dari Balikpapan datang ke Jakarta untuk meminta maaf kepada Polri.
Sebuah kejadian pasti ada hikmahnya semoga Febri mendapat hikmah dari apa yang dia lakukan. Sementara kesimpulan dari kejadian ini adalah jalur busway ya jalur busway tidak diperbolehkan kendaraan lewat selain busway tentunya taati peraturan lalu lintas agar orang lain juga nyaman berkendara apa lagi mau mudik. Dan yang paling penting dari kejadian ini adalah banggalah dengan status pekerjaan ayah kita mau dia pengusaha, petani atau pemulung sekalipun ayah adalah orang yang sudah membuat kita ada di dunia ini, yang selalu memberikan keinginan kita jadi tidak ada salahnya bangga dengan pekerjaan dia karena dari perkerjaan ayah itu banyak uang, fasilitas yang kita gunakan. Ini memang bukan blog anak jendral hanya blog seorang anak supir tapi saya mencintai ayah dan pekerjaan ayah saya karena pekerjaan itu saya bisa menjadi besar seperti saat ini, I love you Pa.